Tempat terbaik untuk mengenal kekayaan Riau secara singkat adalah di Museum Sang Nila Utama, Jl Jenderal Sudirman, Pekanbaru. Museum ini menempati bangunan khas Riau yang tidak mencolok, sehingga mudah terlewat bagi yang tidak dengan sengaja mencarinya. Terlebih saat ini, museum Sang Nila Utama kalah pamor dengan perpustakaan Soeman HS, yang merupakan perpustakaan terbesar di Indonesia. Sebenarnya museum ini dan perpustakaan Soeman HS berada dalam satu jalan.
Namun panjang jalan di Pekanbaru tidak sama dengan di Jawa. Di
Pekanbaru, nama satu jalan utama dikota bisa mencapai lebih dari 10km panjangnya.Museum yang terdiri dari 2 lantai ini, menyimpan banyak sekali benda berharga peninggalan sejarah, dan benda-benda yang sengaja dibuat sebagai alat peraga. Dibagian terdepan adalah pojok khusus PT Chevron Pasifik Indonesia, pengeksplorasi minyak terbesar di Riau. Chevron yang dulunya Caltex, memberikan sumbangan berupa pompa angguk untuk membuat sumur minyak dan banyak sekali alat peraga serta maket. Alat peraga yang ada antara lain bentuk minyak dari mulai minyak mentah sampai jadi, mata bor, jenis-jenis batuan, serta gambar dan foto lapisan bumi sampai tanker raksasa yang sedang sandar di Dumai. Dari maket kita juga bisa tahu lapisan bumi yang dibor serta urutan produksi dari mulai dibor sampai siap dipakai.
Sayangnya tidak ada pojok khusus minyak kelapa sawit yang juga merupakan hasil kekayaan utama Riau, sehingga Riau sering disebut dibawah minyak, di atas juga minyak.
Dilantai atas kita bisa melihat berbagai peninggalan kerajaan Melayu Riau, yaitu kerajaan Siak. Banyak artefak dan prasasti yang ditampilkan. Demikian pula dengan kelengkapan kebesaran kerajaan seperti perhiasan, baju dan senjata. Lebih baik lagi jika penyajiannya tidak hanya menampilkan kekayaan yang ada tapi juga sistematis seperti pojok Chevron sehingga bisa kita lihat perkembangannya dari mulai berdiri sampai sekarang.
Dilantai bawah, terdapat koleksi sejarah dari mulai suku Sakai, suku asli Riau sampai masyarakat Riau modern, bahkan foto gubernur pertama sampai sekarang. Disini banyak dijumpai alat peraga berupa rumah adat, singgasana pengantin, peralatan tenun, bahkan mainan khas, seperti layang-layang dan gasing. Terdapat pula hewan-hewan khas yang telah dikeringkan seperti macan, monyet, musang dan ular.
Di lantai ini juga terdapat miniatur Candi Muara Takus, satu diantara candi lain yang berada dalam satu-satunya kompleks candi di Riau. Candi ini adalah peninggalan agama Budha.
Secara umum kunjungan singkat di museum ini mengesankan karena dapat mengenal Riau yang demikian kaya, padahal itu belum seluruhnya dapat dikoleksi museum ini. Namun lebih baik lagi jika ada pembagian yang jelas antara kekayaan bumi dan adat istiadat. Selain itu, baik juga diberi kursi-kursi panjang agar pengunjung bisa berlama-lama belajar ilmu pengetahuan alam dan sejarah. Waktu itu karena kecapekan dan tidak ada kursi, saya buru-buru keluar dan duduk lesehan ditangga. Ada baiknya pemerintah propinsi mulai memperhatikan museum ini, karena isi museum adalah buku otentik dari catatan atau penelitian yang ada dibuku-buku yang tersimpan di perpustakaan Soeman HS.
0 Comments
Thank you for your comment. It will appear soon.