Sekaten diselenggarakan di Kraton Yogyakarta dan Solo. Nah, untuk yang di Jogja, ada yang berbeda lo dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan boleh dibilang benar-benar beda.
Kuliner Sekaten, biasa bayar pakai uang elektronik. |
PERJALANAN SEKATEN
Pada tahun 1990-an, Sekaten di Alun-alun Utara Yogyakarta identik dengan pertunjukkan dan pameran. Pertunjukkan tersebut diisi oleh murid-murid dan sanggar dari seluruh penjuru di DIY secara bergantian sesuai jadwal yang disediakan oleh panitia. Pertunjukkan yang ditampilkan bermacam-macam, ada tari, nyanyi, karawitan, lawak, drama dan sebagainya. Sementara, untuk pameran, diisi oleh pengusaha dan instansi, dari UMKM hingga perusahaan besar, dari tanaman hingga mobil.
Pintu masuk Sekaten 2019 |
Sekitar tahun 2000-an, ciri khas Sekaten bergeser lalu berubah sama sekali menjadi pasar malam, lengkap dengan kemidi putar dan pasar baju bekas. Pasar baju bekas impor atau yang terkenal dengan nama awul-awul akhirnya mendominasi dan menjadi identitas baru Sekaten sehingga menimpulkan pro dan kontra. Yang pro, senang karena bisa memborong baju-baju murah dan bersenang-senang di wahananya. Yang kontra menganggap awul-awul itu membuat suasana menjadi kumuh dan tidak rapi sehingga menurunkan citra alun-alun utara sebagai pusat wisata Jogja. Awul-awul yang bisa diterjemahkan juga dengan "diberantakin" memang merupakan baju-baju bekas dalam jumlah banyak yang ditumpuk-tumpuk begitu saja. Apalagi awul-awul tersebut tepat di depan Kraton Yogyakarta.
Tahun 2019 ini, pihak Kraton Yogyakarta mengambil langkah drastis dengan tidak memberi ijin pasar malam beserta awul-awulnya. Sekaten dikembalikan ke tujuan awal yaitu sebagai warisan budaya bagian dari rangkaian Garebeg Mulud yang telah berlangsung ratusan tahun dengan nama Pameran Sekaten 2019.
Singgasana Sultan Yogyakarta |
SEKATEN 2019
Dalam Pameran Sekaten 2019, ditampilkan berbagai pertunjukkan seni budaya, diskusi, pameran sejarah Kraton dan kuliner.
Pameran Sekaten 2019 berlangsung tanggal 1-9 November 2019. Pameran diadakan di Kraton Yogyakarta tapi masuk dari pintu depan yaitu yang berada di Alun-alun Utara dengan membayar tiket Rp 5.000,-. Sedangkan pintu barat tetap berfungsi seperti biasa sebagai jalan masuk pengunjung kraton reguler. Jadi, jangan salah masuk, ya. Parkir bisa dilakukan di sisi timur dan barat. Tapi karena sisi barat ramai dengan pengunjung reguler, maka sebaiknya parkir di sisi barat kecuali malam. Di malam hari, di sisi barat giliran bakmi Pak Pele dan bajigur Budhe Warsi yang legend itu buka, jadi gantian padat. Tarif parkir mobil Rp 10.000,-. Oya, tidak perlu naik becak ya, lah tinggal melangkah saja. Jangan percaya kalau dibilang harus lewat gerbang barat.
Baca juga: Bakmi Pele Jogja Yang Legendaris
Dari singgasana Sultan di Sitihinggil bisa ditarik garis imajiner lurus ke Tugu di sebelah utara. Kira-kira Tugu kelihatan nggak ya, dari sini? |
Acara dimulai jam 09.00 dan istirahat tiap waktu sholat. Begitu masuk, ada pendopo besar tempat diadakannya pertunjukan tari dan karawitan yang disebut sebagai Bangsal Pagelaran Keraton. Disini dipentaskan berbagai kesenian khas Kraton Yogyakarta. Semakin malam, penonton semakin banyak dan pertunjukkan semakin mengesankan. Jika tak sempat datang, masyarakat bisa melihat via live streaming atau rekamannya.
Di kanan dan kiri pintu masuk ada stan-stan kuliner. Meski sudah ada yang jualan sejak pagi, tapi baru buka semua ketika sore. Jika belum ada pertunjukan atau sedang istirahat, teman-teman bisa berjalan ke selatan ke arah Sitihinggil.
Jangan lupa berfoto dan menuliskan pesan dan kesan di dinding ini, siapa tahu jadi mantu Sultan. |
Di seputar Sitihinggil, ada pemeran sejarah kraton dan latihan tari. Ikuti saja anak panah yang ada agar arus pengunjung teratur. Ada beberapa photo booth yang bisa dimanfaatkan sehingga tak perlu berebut. Di beberapa ruang pameran, pengunjung dilarang mengambil gambar. Itu wajar saja sih dan sudah menjadi aturan di beberapa tempat yang menyimpan benda bersejarah. Untuk sejarah kraton memang hanya sebagian kecil saja tapi tetap menarik.
Baca juga: Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Jika ingin mengetahui sejarah kraton lebih jauh lagi, bisa keluar ke gerbang barat untuk masuk sebagai pengunjung kraton reguler. Masyarakat umum bisa mengikuti latihan tari yang diadakan selama pameran tapi jumlahnya dibatasi karena ruangan yang tidak terlalu luas.
Sebagai rangkaian dari Garebeg Mulud, maka kegiatan keagamaan tidak dilupakan. Pengajian diadakan tiap sore di Mesjid Gedhe yang masih berlokasi di seputar Alun-alun utara.
Rincian jadwalnya bisa dilihat di akun-akun media sosial Kraton Yogyakarta dibawah ini:
FB, Youtube: Kraton Jogja
IG, Twitter: @kratonjogja
Website: kratonjogja.id
1 Comments
hampir mirip dg muludan di cirebon
ReplyDeleteThank you for your comment. It will appear soon.