Imigrasi Melaka Malaysia dan Imigrasi Dumai Indonesia

pelabuhan dumai
Pelabuhan Dumai, Riau, Indonesia.

Seperti janji sebelumnya, artikel tentang imigrasi Melaka di Malaysia dan imigrasi Dumai di Riau, Indonesia, kami pisah. Link artikel sebelumnya tentang feri Melaka - Dumai PP ada di bagian bawah artikel ini.

Secara garis besar, bagi kami imigrasi di kedua tempat ini biasa saja. Kami sudah beberapa kali ke Malaysia dan tidak pernah bikin ulah. Record ini penting karena jalur Melaka - Dumai rawan pekerja ilegal. Sewaktu kami perpanjangan passport, ada petugas yang marah-marah dengan seorang pemuda. Ternyata pemuda itu punya record pelanggaran di imigrasi. 

Jika tiket feri sudah dibeli, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan agar urusan imigrasi tidak bikin tegang.

Isi MDAC Lebih Dahulu

pelabuhan melaka
Ruang tunggu pelabuhan Melaka, Malaysia.

MDAC adalah singkatan dari Malaysia Digital Arrival Card. Jika membeli tiket di Indomal Ferry, calon penumpang akan diberi link ke MDAC. Jika tidak, cari saja sendiri di internet dengan kata kunci MDAC. Pengisian dapat dilakukan melalui ponsel atau laptop. 

Lebih baik pengisian MDAC dilakukan malam sebelumnya agar perjalanan tidak terganggu. Selama di atas feri, sinyal sering hilang hingga dekat dengan pulau-pulau. Jika tidak sempat, pengisian dapat dilakukan ketika sandar karena bongkar penumpangnya agak lama. Untuk bongkar di Melaka, urutan turun adalah pasien rumah sakit, penumpang yang membutuhkan kursi roda, penumpang eksekutif, dan terakhir penumpang ekonomi. Orang Riau banyak yang berobat ke rumah sakit di Melaka.

Data dibutuhkan untuk mengisi MDAC tidak banyak, antara lain nama, nomor passport, tanggal datang dan pergi, serta tempat menginap selama di Malaysia. Jika semua terisi lengkap dan jelas, tidak akan ada banyak pertanyaan. Paling hanya mencocokkan tanggal.

Jalur ini juga digunakan untuk umroh bagi travel yang menggunakan Malaysian Airlines (MAS). Sewaktu umroh, kami juga menggunakan MAS tapi kami naik pesawat dari Pekanbaru ke Kuala Lumpur. Jika melalui Melaka, jemaah dijemput bus yang disewa travel untuk diantar ke Kuala Lumpur. Biasanya urusan seperti ini sudah diurus travel sehingga tidak perlu mendaftar sendiri-sendiri kecuali ada instruksi berbeda dari travel. Karena tidak punya pengalaman umroh lewat Melaka, kami tidak tahu apa yang diisikan di MDAC.

Suasana Pelabuhan dan Imigrasi Melaka (Malaysia)

pelabuhan melaka
Baru turun dari feri di pelabuhan Melaka.

Terus terang, pelabuhan Melaka (ICQ) jauh lebih bagus daripada pelabuhan Dumai. Namun soal ketat sama saja karena jalur ini banyak digunakan oleh pekerja ilegal. Selama di area imigrasi Melaka, ponsel harus masuk tas, meski tidak digunakan. Kami sempat diingatkan petugas agar memasukkan ponsel ke dalam tas. Jika mau foto suasana pelabuhan, lakukan di dermaga ketika naik turun feri atau di ruang tunggu.

Lobi kedatangan dan keberangkatan jadi satu. Banyak kursi yang dapat diduduki untuk menunggu taksi dengan tenang. Kami juga tidak perlu jalan keluar pelabuhan untuk mendapatkan taksi online. Taksi online bebas masuk pelabuhan sampai depan lobi dan tidak ada calo taksi apa pun. Adanya koko-koko yang teriak-teriak menawarkan SIMcard Malaysia. Kami tetap menggunakan Telkomsel. Untuk transportasi, kami menggunakan Grab selama di Melaka. Cuma sayangnya, saldo OVO kami tidak bisa otomatis konversi ke ringgit sehingga harus bayar tunai.

Suasana Pelabuhan dan Imigrasi Dumai (Malaysia)

pelabuhan dumai
Pelabuhan Dumai, Riau, Indonesia.

Untuk keberangkatan dari Pelabuhan Dumai atau Bandar Sri Setia Raja (BSSR) tidak ada kesulitan berarti. Antrian cepat selesai meski waktu itu antrian panjang karena bareng rombongan umroh. Selain itu, crew Indomal ferry juga membantu kelancaran antrian.

Sewaktu kembali dari Melaka, antrian agak lama karena petugas lebih ketat daripada ketika berangkat ke Melaka. Namun ini cukup beralasan karena banyak warga yang bandel overstay tanpa surat-surat tertentu. Kami kurang paham surat yang dimaksud tapi memang wajar jika orang-orang yang overstay diperiksa lebih jauh. Kami antri hampir terakhir dan tidak ditanya apa-apa, passport kami langsung dicap saja.

Sebelum keluar, kami diberi formulir kecil oleh petugas imigrasi tapi tidak semua orang, cukup satu formulir untuk satu keluarga. Isinya adalah daftar barang-barang yang perlu dilaporkan. Berhubung kami cuma bawa baju, jadi cepat saja formulir itu kami kembalikan.

Di pintu kedatangan, kami disambut meriah oleh bapak-bapak yang menawarkan taksi atau travel. Kami kurang tahu apakah ada taksi online. Selain itu, kami tidak sempat memerhatikan apakah ada kursi-kursi di ruang tunggu kedatangan. Sepertinya semua orang langsung keluar. Kami juga langsung keluar karena dijemput.

Demikian suasana pelabuhan dan imigrasi, baik di Melaka (Malaysia) dan Dumai (Indonesia). Mohon maaf jika ada salah dan kurang. Jika ada koreksi atau pertanyaan, silakan tulis di kolom komentar. Terima kasih.

Baca juga: Dumai - Melaka PP dengan Indomal Fast Ferry

Post a Comment

0 Comments